Bolaarena.com – AC Milan berada dalam periode pilu selepas musim 2022/2023 berakhir. Sandro Tonali dijual ke Newcastle United, tetapi dua target mereka malah memilih gabung rival. Marcus Thuram dan Davide Frattesi digadang malah mendekat ke Inter, walau sebelumnya masif diburu Milan.
Periode Sial
Musim 2022/2023 bukanlah musim yang bagus buat AC Milan, walau status mereka adalah juara bertahan Serie A. Andai tidak ada kasus hukuman buat Juventus, rasanya sulit melihat Rossoneri bersaing di papan atas.
Pasca musim berakhir pun, kesialan tampak belum selesai menghampiri. Zlatan Ibrahimovic yang merupakan tumpuan serangan memilih mengakhiri karirnya. Praktis, hal ini meninggalkan lubang dalam sektor serang klub berjuluk Rossoneri.
Lalu, baru saja, Milan melepas Sandro Tonali, padahal Tonali adalah tumpuan utama lini tengah tim musim lalu. Walau transfer ini murni keputusan Milan sendiri, kepergian Tonali tetap dianggap sebuah kesialan buat Rossoneri.
Milan tentu tidak akan melepas Tonali apabila tawaran dari Newcastle United tidak sebegitu menggiurkan. Siapa tidak tertarik melepas pemainnya untuk mahar 80 juta euro. Terlebih kalau timnya itu sedang berada dalam krisis finansial selayaknya apa yang dialami Milan.
Sejatinya, penjualan Tonali ke Newcastle bisa berujung berkah, karena dana yang didapat bisa digulirkan untuk belanja pemain. Namun apalah daya, sialnya Rossoneri ini belum berakhir. Setidaknya ada dua target yang akhirnya berpaling, walau telah diperjuangkan.
Dua Target Berpaling ke Rival
Marcus Thuram hadir sebagai pelepas dahaga selepas kepergian Ibrahimovic. Kemudian ada Davide Frattesi, sang penyelamat yang digadang bakal jadi suksesor Tonali. Tapi apa mau dikata. Keduanya berpaling ke klub lain. Lantas siapa klub yang membuat keduanya berpaling, dan bagaimana bisa?
Masuk pada kasus Thuram, Milan sejatinya sudah melakukan PDKT secara intens pada pemain Monchengladbach. Bahkan, sejumlah sumber menyatakan bahwa Milan lah yang memimpin perburuan. Tapi entah kenapa transfer itu kolaps, dan Inter, sang rival sekota menjadi penyebab utamanya.
Gaji disebut menjadi faktor pertama yang menyebabkan Thuram lebih memilih Inter ketimbang saudaranya. Inter di posisi ini menawarkan 6 juta euro, kontan sebagai gaji pokok. Tapi Milan hanya memberi 5 juta gaji pokok, walau menambahkan bonus hingga 1 juta euro.
Lalu, Thuram sepertinya tidak tertarik dengan proyek Milan tidak jelas arahnya. Inter sementara itu lebih ambisius. Mereka punya banyak pemain yang bisa memanjakan Thuram. Terlebih melihat prestasi Inter dan head to head yang lebih baik dari sang rival.
Pada kasus Davide Frattesi, kegagalan Milan masih kurang lebih sama seperti kegagalan mereka merekrut Thuram. Namun, tidak seperti Thuram yang hampir pasti merapat ke Inter, belum ada kejelasan kemana Frattesi akan berlabuh.
Presiden Sassuolo Giovanni Carnevali juga menuturkan, belum ada klub manapun yang tawarannya disetujui, khususnya Inter. Sassuolo masih mencoba mendengar tawaran dari klub-klub peminat, berasumsi bakal mencari jalan terbaik buat Frattesi.
Walau belum ada kepastian, Frattesi sudah memberi semacam isyarat, bahwa Inter baginya lebih menarik ketimbang Milan. Frattesi menuturkan ingin tantangan baru, dan bisa jadi merujuk pada skema Inter yang jauh berbeda dengan Sassuolo. Milan sementara itu punya skema serupa Sassuolo.
Terang-terangan, Frattesi juga berniat bermain bersama Nicolo Barella, sang andalan Gli Azzuri. Bahkan, ia mau bertukar posisi dengan Barella jika hal itu diperlukan. Frattesi juga kelihatannya ingin menjajal skema tiga bek, mungkin merujuk pada skema 3-5-2 Simone Inzaghi.
Internal Klub Perlu Berbenah
PR besar buat Milan sekarang adalah, bagaimana mereka meyakinkan target lain untuk bisa bergabung. Tentu bukan perkara mudah. Tapi akar permasalahannya sebenarnya gampang ditemukan, tinggal berikan arah yang jelas untuk pengembangan klub.
Perang antara Gerry Cardinale selaku pemegang kendali kebijakan belanja pemain, dengan Paolo Maldini dan Ricky Massara harusnya tak pernah terjadi. Inilah yang membuat Maldini dan Massara didepak. Padahal keduanya bekerja dengan rapor yang bagus selama ini.
Sebagai evaluasi, Milan seharusnya tidak perlu meragukan kinerja Maldini. Pemecatannya adalah sebuah kesalahan. Namun, terlepas dari konflik internal itu, ada banyak hal yang perlu dibenahi. Sesuatu yang tentunya cuma diketahui jajaran internal itu sendiri.