Marcus Thuram dan Sederet Bukti Suksesnya Strategi Transfer ‘Murmer’ Inter

Bola arena

Bolaarena.com – Marcus Thuram sebentar lagi akan resmi menjadi pemain Inter, dan sekali lagi, Inter membuktikan strategi mereka berhasil. Tidak ada gelontoran uang mewah dalam setiap strategi. Tapi strategi transfer ‘murmer’ macam ini terbukti ampuh mendongkrak tim.

Satu Lagi Strategi yang Berhasil

Lima tahun ke belakang, Inter bisa dibilang telah membangun kembali kesuksesan mereka. Pernah jaya di era lampau, tim asal Kota Mode itu seakan terbangun dari tidurnya. Bukan tanpa alasan, melainkan karena strategi transfer mereka yang super tepat.

Read More

Lihat saja kesepakatan yang baru-baru ini terjadi. Inter mengakuisisi Marcus Thuram dari Monchengladbach. Mereka bahkan mampu menaklukkan saudara sekotanya, Milan dalam persaingan transfer ini. Padahal Milan sudah sangat dekat mengamankan transfer Thuram.

Tidak ada perputaran uang yang mewah dalam transfer Thuram ini, mengingat sang pemain juga akan habis kontrak dalam beberapa bulan. Gladbach telah mengajukan perpanjangan, tetapi sang pemain menolak dengan alibi ingin menjajal tantangan baru.

Milan datang dengan penawaran yang cukup bagus, tetapi harus menerima fakta Thuram diserobot rival sekota. Penawaran Inter dilaporkan lebih menarik ketimbang Milan, dan entah mengapa, Simone Inzaghi punya peran penting dalam negosiasi ini.

Tentu bukan cuma gaji yang membuat Thuram mau bergabung, karena kalau melihat besarannya, dua tim Milano menawarkan angka yang sama. Sama-sama 6 juta euro. Tetapi Inter menawarkan gaji bersih, sementara 6 juta milik Milan sudah termasuk bonus-bonus.

Marotta dan Otak di Balik Layar

Fakta berhasilnya Inter menarik Thuram adalah sebuah cerita sukses bagaimana tim ini mampu mengamankan transfer-transfer ‘murmer’. Setidaknya itulah yang terjadi dalam kurun lima tahun ke belakang. Otak utamanya, siapa lagi kalau bukan sang CEO Beppe Marotta.

Rekam jejaknya selama berkiprah di Juventus membuat Steven Zhang, sang presiden Inter meminang Marotta. Keuangan dalam kondisi carut-marut kala itu. Ditambah fakta bahwa Inter terpuruk dan kesulitan bersaing dengan kekuatan-kekuatan tradisional Italia.

Marotta membalik semua keadaan itu, dimulai dari kondisi keuangan tim yang setidaknya mulai stabil. Sejumlah pemain bergaji besar seperti Mauro Icardi, Gabriel Barbosa dan Radja Nainggolan disingkirkan. Lalu memboyong Antonio Conte yang akhirnya menggiring Inter menuju scudetto pada 2021.

Otak di balik apa yang disebut sebagai strategi ‘Murmer’ itu sendiri tentu juga tak lain adalah Marotta. Marotta tidak segan menepikan pemain-pemain yang memberatkan anggaran klub serta enggan merekrut pemain-pemain mahal dengan kondisi keuangan yang tidak bagus.

Hasilnya, bisa dilihat dari skuad Inter yang meraih scudetto pada 2021, serta skuad Inter saat ini. Bandingkan dengan skuad Manchester City yang menjadi lawan mereka pada final Liga Champions kemarin. Nilai seluruh skuad bahkan cuma setara dengan lima pemain City.

Tapi, meski skuad yang dimiliki Inzaghi tidaklah mewah, skuad inilah yang berhasil menyingkirkan para jagoan Liga Champions. Bahkan, dengan skuad ini, Inzaghi mampu menyapu dua trofi domestik, walau tidak sampai meraih treble.

Bukti Akuratnya Strategi Inter

Kalau melihat Thuram, seakan para penggemar Inter dibawa kembali ke momen-momen di mana Inter mengamankan banyak rekrutan ‘Murmer’ dan berhasil. Stefan de Vrij bisa jadi contoh nyata. De Vrij dicomot dari Lazio dengan gratis, tapi kontribusinya begitu besar di Inter.

Manakala Inter merebut scudetto, De Vrij menjadi pemain yang paling berpengaruh vital. Bahkan, sampai saat ini, Simone Inzaghi masih memandang De Vrij sebagai pemain berharga. Buktinya, akan ada sodoran kontrak baru yang menurut beberapa sumber bakal segera meluncur.

Lalu, lihat pula bagaimana Inter bertransformasi makin mengerikan dengan kehadiran Hakan Calhanoglu dan Andre Onana. Lihat pula bagaimana Henrikh Mkhitaryan mengubah Inter menjadi makin ditakuti. Padahal ketiga pemain itu diboyong tanpa mengeluarkan mahar sepeserpun.

Edin Dzeko juga tidak bisa dilupakan dalam deretan transfer murah yang berbuah manis. Dzeko memang didaulat menjadi suksesor Romelu Lukaku yang dibuang karena mengganggu finansial. Hasilnya, sang striker bertandem apik dengan Lautaro Martinez, mengemas 14 biji gol musim lalu.

Mungkin, hanya Diego Godin lah transfer murah yang flop dan gagal memenuhi apa yang diekspektasikan Marotta. Godin gagal menjadi andalan di bawah wajah baru Inter bersama Conte. Apa mau dikata, Godin pergi semusim setelah tiba, dengan status free transfer pula.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *