Cesc Fabregas Pensiun, Begini Kilas Balik Karir Sang ‘Penghianat Arsenal’

Bola arena

Bolaarena.com – Cesc Fabregas, salah satu gelandang legendaris yang kini bermain untuk klub Italia Como resmi menyatakan pensiun. Rekam jejak karir gelandang Spanyol ini adalah sesuatu yang menarik. Mari simak sedikit kilas balik bagaimana gemerlapnya karir Fabregas selama masih aktif.

Diolah Oleh Arsenal

Semua orang tahu kalau La Masia, akademi Barcelona yang sohor itu kerap memproduksi banyak talenta hebat. Fabregas salah satunya. Ia adalah teman seangkatan sejumlah bintang yang identik dengan Barca, seperti Lionel Messi dan Gerard Pique.

Pada usia 16 tahun, Arsenal mengendus bakat Fabregas, dan lantas mencomotnya dari klub asal Catalan tersebut. Kepindahan ini tidak disangka bakal mengubah karir Fabregas muda 180 derajat. Arsenal menawarkan kesempatan main lebih besar, ketimbang Barca yang sudah sesak dengan bintang.

Di bawah arahan Arsene Wenger, Fabregas bertransformasi menjadi salah satu gelandang paling berbahaya di Eropa. Penampilannya semakin impresif semenjak mengantar Arsenal menuju final Liga Champions 2006. Setelahnya, Fabregas secara rutin diturunkan sebagai starter.

Musim demi musim ia lalui, dengan kematangan yang makin bertambah di bawah arahan Wenger. Makin dewasa, makin kelihatan kalau Fabregas punya kreativitas tanpa batas sebagai seorang playmaker. Ia juga semakin matang dalam hal pola pikir.

Periode 2007 sampai 2010 menjadi tahun keemasan Fabregas, di mana ia makin bersinar dan berkembang. Kematangannya bahkan membuat Wenger tidak ragu menyematkan ban kapten padanya. Sayangnya, tidak berselang lama, bakat Fabregas ini tercium oleh rumah masa kecilnya, Barcelona.

Pulang Kampung dan Label ‘Pengkhianat’

Barcelona datang di saat-saat yang kurang tepat, karena Fabregas sedang dalam puncak karirnya bersama Arsenal. Fabregas tidak berkeinginan meninggalkan Arsenal yang telah membesarkan namanya. Hanya saja, kans kembali ke Barcelona kelihatan terlalu manis untuk disia-siakan.

Fabregas pada akhirnya menyepakati transfernya ke Barcelona, walau transfer ini dianggap kurang tepat. Statistik memang menempatkan Fabregas di atas Xavi dan Iniesta, duet gelandang maut Barca kala itu. Tapi pada akhirnya, Fabregas sendiri gagal menyaingi keduanya.

Catatan golnya berkurang drastis tatkala ia memperkuat tim Catalan kembali. Transfer Fabregas kala itu memang sensasional, bahkan mengakibatkan sang pemain dicap ‘pengkhianat’ oleh para fans Arsenal. Sesuatu yang pada akhirnya juga disesali Fabregas.

Kendati dicap ‘pengkhianat’ Fabregas masih saja nekat. Buktinya, pasca meninggalkan Barcelona, ia malah bergabung dengan Chelsea. Siapapun tahu kalau Chelsea adalah rival dekat Arsenal. Praktis, transfer Fabregas ini tampaknya membuat para fans Arsenal kian meradang.

Namun, apa mau dikata, Fabregas terlanjur menganggap London sebagai rumahnya. Kreativitas serta permainan menawannya kembali bersama Chelsea. Assist-assistnya kerap memanjakan para juru gedor The Blues kala itu. Kepiawaiannya menguasai lini tengah juga berakhir dua gelar EPL untuk Chelsea.

Antusias Buka Petualangan Baru

Tidak banyak catatan emas yang diraih Fabregas pasca meninggalkan Chelsea, dengan sang pemain memperkuat AS Monaco dan Como. Performa sang gelandang kreatif makin menurun saat di Monaco. Membuatnya harus pindah ke klub Serie B, Como, dan pensiun, hanya setahun setelahnya.

Tak bisa dipungkiri kalau Fabregas adalah legenda Arsenal. Walau di klub asal London ini, tidak ada gelar juara yang ia raih, setidaknya merekalah yang ‘mendewasakan’ Fabregas. Kreativitasnya makin terasah bersama Arsenal, juga kematangan dan visi bermainnya.

Sementara di timnas sendiri, Fabregas punya sederet prestasi mentereng. Buat mereka yang lupa, Fabregas termasuk salah satu generasi emas Spanyol yang berhasil mengawinkan Piala Dunia dan Piala Eropa. Momen itu terjadi pada 2010 dan 2012, dengan Fabregas ikut andil.

Bergeser ke Barcelona, Fabregas pernah membawa klub Spanyol ini menjuarai beragam gelar. Di antaranya La Liga, Copa del Rey, UEFA Super Cup dan Piala Dunia Antarklub. Lalu di Chelsea, Fabregas dua kali merengkuh trofi EPL, pada 2015 dan 2017.

Segemerlap apapun petualangan karir Fabregas sebagai pemain, eranya kini telah berakhir. Lembaran petualangan baru menanti Fabregas di masa mendatang. Dibuktikan dengan penunjukannya sebagai allenatore tim junior Como.

Sedari awal bergabung dengan Como, Fabregas, entah mengapa sudah merasa tertarik dan terikat. Memang ada sedikit kesedihan saat ia harus mengungkapkan momen gantung sepatunya. Tapi proyek menjadi pelatih yang ada di depan menurutnya lebih membuatnya antusias.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *