Bolaarena.com – Gerardo ‘Tata’ Martino baru saja diresmikan menjadi pelatih anyar Inter Miami, membuka kans bereuni dengan Lionel Messi. Dua kali sudah Tata Martino dan Lionel Messi bekerjasama, sekarang ada opsi ketiga. Mampukah kombinasi keduanya mendongkrak performa Inter Miami?
Eks Mentor Menyusul
Gebrakan demi gebrakan terus terjadi pada periode summer transfer 2023 ini. Termasuk salah satunya kepergian Lionel Messi dari sepakbola Eropa. Messi kembali ke benua yang merupakan kampung halamannya. Namun bukan ke Argentina, melainkan ke Amerika Serikat sana.
Inter Miami menjadi destinasi utama Messi. Klub milik David Beckham itu juga kabarnya memberikan gelontoran gaji mahal. Nilainya berada di kisaran 60 juta USD per tahunnya, menjadikan Messi sebagai atlet dengan bayaran nomor 5 termahal di sana.
Seturut kepindahan Messi, Sergio Busquets, eks rekan setimnya di Barcelona menyusul. Tapi Busquets bukan satu-satunya nama yang menyusul Messi. Kali ini, Messi tidak disusul rekan sesama pemain, melainkan eks mentornya terdahulu.
Gerardo ‘Tata’ Martino, diketahui pernah bekerjasama dengan Messi dua kali, di Barcelona dan di timnas. Kali ini, ia menyusul kepindahan La Pulga ke Inter Miami. Kedatangan Marino dikonfirmasi oleh Inter Miami, Kamis (29/6).
Ambisi Inter Miami adalah keluar dari papan bawah MLS, dan untuk itu mereka mempercayakan urusan taktikal kepada Martino. Klub beranggapan pengalaman Martino bisa membuat klub menjadi lebih baik. Begitupun Martino yang optimis dengan jalinan kerjasama ini.
Cocok-Cocokan Taktikal Inter Miami
Reuni Messi dan Tata Martino adalah sebuah kisah manis dengan ekspektasi tinggi di baliknya. Dua periode sudah keduanya bekerja sama, di dua klub berbeda pula. Lantas, apakah kerjasama ketiga Messi dan Martino ini akan membuahkan hasil?
Dari segi taktikal, Martino dikenal memiliki permainan yang atraktif dan To The Point. Ciri khasnya adalah mengedepankan umpan-umpan langsung ke depan. Lalu, menyerang dari sisi-sisi sayap dan memanfaatkan area terbuka di sana.
Melihat apa yang ia lakukan di Barcelona dan Atlanta United, karakteristik permainan seorang Martino kentara betul. Build-Up pasukannya lebih sering bertumpu pada defender, atau bahkan kiper. Bola akan langsung didorong ke depan, dengan maksud memecah belah organisasi lawan.
Cara seperti ini efektif membuat lawan terpaku pada satu titik, ‘lapangan sentral’. Ketika para defender lawan mempertahankan area tersebut, celah terbuka di sisi sayap. Martino senang menyerang dari sisi tersebut, mengedepankan pemain-pemain cepat sebagai pendukungnya.
Messi jelas suka dengan tipikal permainan seperti ini, kalau melihat atribut yang ia miliki. Kecepatan sudah pasti jangan ditanya. Ditambah dengan akurasi dan pergerakan tanpa bola yang bagus, membuat Messi akan cocok dengan permainan Martino ini.
Seperti yang ia terapkan di Atlanta United, Martino kemungkinan akan tetap bermain dengan tiga defender. Skema 3-4-3 atau 3-5-2 berpotensi menjadi skema yang sering dipakai, dengan peralihan menjadi lima defender dalam skema bertahan.
Peran Messi akan berbeda, tergantung mana taktik yang akan dipakai. Kalau 3-4-3, Messi akan bertindak sebagai winger kanan. Sementara kalau sistem yang dipakai adalah 3-5-2, Messi berpotensi diplot sebagai second striker.
Kendati demikian, skenario nya kemungkinan tetap sama. Messi akan menjadi pembuka celah pertahanan lawan. Sementara rekan-rekan setimnya mencoba membongkar organisasi lawan, Messi harus memanfaatkan celah. Ia akan jadi target-man yang menyisir sektor sayap.
Kombinasi Sosok Berpengalaman
Kalau melihat histori, Messi dan Martino kemungkinan besar akan sangat cocok, walau membela panji yang berbeda. Kombinasi Messi dan Martino pernah membuat Barcelona memenangkan titel Piala Super Spanyol. Juga mengantar Argentina ke final Piala Dunia 2014.
Bagi Messi, MLS adalah sesuatu yang baru. Namun, dengan atmosfer yang jauh berbeda dengan kompetisi Eropa, harusnya ia tidak akan menemui kesulitan berarti. Mengesampingkan fakta bahwa Inter Miami yang ia bela bukan termasuk tim papan atas wilayahnya.
Martino, sementara itu berbeda. Pelatih asal Argentina itu boleh dibilang sudah kenyang ‘makan’ MLS. Martino sebelumnya pernah mengambil alih Atlanta United pada 2016. Hanya berselang beberapa bulan, klub arahan Martino debut di MLS, menyajikan tantangan baru buatnya.
Siapa kira, tantangan baru itu dilahap dengan baik oleh Martino, dengan mendaratkan trofi MLS pertama buat Atlanta pada 2018. Rekornya juga cukup mengesankan kala menangani Atlanta. Martino memenangi 42 pertandingan, dari total 78 laga yang dimainkan.